Situs Baca Berita Kesehatan Asuransi Otomotif Smartphone dan Beasiswa Terbaru

CLT Communicative Language Teaching: Info Research Bagian 1


Apa kabar Bapak Ibu Guru semua. Senang rasanya bisa bertemu Anda di Website TiangInfo ini. Senang pula kita bisa berbagi informasi penting dalam dunia pendidikan. Karena info- info pendidikan khususnya perkembangan Research saat ini akan membantu Bapak dan Ibu Guru sebagai pendidik menambah wawasan, dengan harapan dapat mengamalkannya dalam kehidupan belajar mengajar Bapak dan Ibu di dalam kelas.

Baiklah, kita mulai topik bahasan yang akan kita angkat pada kesempatan pertama ini.


1. CLT


Bapak dan Ibu Guru tentu pernah mendengar istilah CLT, bukan ? ... Jika belum pernah, apa itu CLT lalu apa manfaatnya dalam pembelajaran ? ... Namun, bagi Bapak dan Ibu yang sudah paham apa itu CLT jangan kabur ya .. Karena sebuah Research yang sebentar lagi akan kita bahas ini mungkin bisa menambah atau memperkuat pengetahuan Bapak dan Ibu dalam hal CLT.

CLT dalam kelas

CLT adalah kepanjangan dari Communicative Language Teaching. Metode ini sangat erat kaitannya pembelajaran bahasa kedua yang menitik beratkan pada kemampuan komunikatif anak didik. Pembelajaran dengan menggunakan metode CLT ini sangat populer digunakan sejak tahun 90an.

Dari definisi diatas sudah bisa ditebak, CLT itu cocok untuk diaplikasikan pada pembelajaran Bahasa kedua; seperti Bahasa inggris ataupun bahasa kedua lain seperti Bahasa Arab atau Mandarin di sekolah Bapak dan Ibu mengajar.

Dalam proses belajar yang Bapak dan Ibu jalankan nanti, CLT ini bertujuan agar peserta didik diberikan kesempatan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelas. Kita contohkan dalam pembelajran Bahasa Inggris. Bila seorang Guru ingin menerapkan metode ini, Guru tersebut bisa melakukannya dengan cara memfasilitasi, memediasi dan mengarahkan anak – anak agar bisa melakukan aktifitas komunikasi dalam Bahasa Inggris.

Peran guru dalam hal ini adalah sebagai mediator yang mengarahkan muridnya di dalam kelas mengenai hal apa yang akan dijadikan topik percakapan nantinya. Saat proses pembelajaran berjalan, Guru juga harus bisa memasukkan materi- materi baru untuk mendukung keberhasilan metode ini. Guru harus bisa membaca topik apa yang cocok pada murid A, topik apa untuk murid B, dan seterusnya.

Jadi, campur tangan Guru dalam metode ini adalah pada saat si anak akan diberikan “topik apa” pada saat mereka belajar, agar mereka termotifasi untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, Bapak dan Ibu sudah harus punya persiapan mengenai hal tersebut. Agar saat memulai  aktifitas belajar mengajar berjalan dengan lancar. Disamping itu, ada hal lain juga yang harus diketahui. Hal yang kedua ini, berkaitan dengan campur tangan guru pada saat pemilihan aktivitas apa yang paling tepat nantinya agar keberhasilan metode maksimal. Apakah nanti Bapak dan Ibu menggunakan aktivitas Role Play, Pair Group, atau Games. Semua kembali pada pilihan Guru, mau menggunakan aktivitas yang mana saat mengajar nanti.

Yang perlu dicatat adalah, anak- anak harus memegang peran yang dominan dalam CLT ini. Buatlah mereka nyaman dengan aktivitas dan topik yang di angkat dalam belajarnya. Sehingga anak- anak menemukan zonanya masing- masing dan lebih mudah dalam menguasi materi pembelajaran.

Setelah memahami apa itu CLT dan apa manfaatnya dalam belajar mengajar. Ada sebuah pertanyaan yang mungkin Bapak dan Ibu Guru miliki.

Semisal, “Faktor apa yang mempengaruhi kesuksesan metode ini dalam mengajar ?” atau, “Apa saja kesulitan dalam kemaksimalan CLT dalam pembelajaran ?”


2. Research Terbaru Dalam CLT


Untuk menjawab pertanyaan diatas, sebuah Research yang berjudul “Teachers’ Perspectives of the use of CLT in ELT Classrooms: A Case of Soran District of Northern Iraq” mencoba menjawabnya. Dari judul Research ini bisa kita artikan begini “Pandangan Guru Terhadap Penggunaan CLT dalam Pembelajaran Bahasa Inggris: Sebuah Tinjauan Studi di Wilayah Soran Bagian Utara Irak”.

Research ini dilakukan oleh seorang Doktor di Universitas Gaziantep Tuki, bidang Ilmu Pendidikan, Mehmed Kilic, Ph.D, bersama dengan seorang rekannya Serwan Husain Taha Sherwani, MA. Research ini dipublikasikan dalam Jurnal Internasional, Arab World English Journal (AWEJ) Volume 8. Nomor 3. Tahun 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk menggali Sikap Guru Terhadap Implementasi CLT pada Sekolah Menengah Atas (SMA) di Wilayah Soran Bagian Utara Irak dan Menemukan Kesulitan apa saja Dalam Implementasinya serta Menemukan Cara Untuk Keberhasilan Implementasi CLT.

Terdapat 58 orang Guru yang menjadi objek Research. Mereka di berikan kuesioner untuk mengurkur Sikap mereka terhadap CLT. Sikap yang dimaksud dalam Research ini adalah Kecenderungan (perasaan), Aggapan, dan Pemikiran Guru tersebut terhadap CLT. Kuesioner terdiri dari 24 pernyataan yang harus di jawab. 24 pernyataan itu terbagi dalam 5 bagian prinsip CLT; Pentingnya Grammar, Kerjasama (kelompok), Kualitas dan Jumlah Kesalahan yang di Koreksi, Peran Guru dalam Kelas, dan Peran Siswa dalam Proses Belajar.

Guna memperdalam hasil temuannya. Para peneliti melakukan wawancara secara random pada 6 orang Guru yang sudah menjawab kuesioner yang diberikan. Tujunnya untuk memgetahui kondisi nyata pengalaman Guru- Guru tersebut dalam mengimplementasikan CLT.

Secara kuantitatif (data kuesioner) Research ini berkesimpulan, pada umumnya para guru memiliki sikap yang positif terhadap CLT. Lengkapnya, berdasarkan 5 prinsip CLT yang disebutkan sebelumnya. Guru memiliki penilaian yang lemah terhadap pentingnya Grammar serta Kualitas dan Jumlah Kesalahan yang dikoreksi dalam CLT. Pada saat yang sama Mereka punya Sikap yang moderat pada Kerjasama/Group, Peran Guru dalam Kelas, serta Peran Siswa dalam Proses Belajar.

Sedangkan secara Kualitatif, Research ini menemukan bahwa Sistem Pendidikan memiliki pengaruh yang mendasar terhadap implementasi CLT. Selain itu, jumlah siswa dalam kelas, upah yang rendah, minimnya pelatihan, bantuan yang minim, dan kurikulum pendidikan juga mempengaruhi secara signifikan pada implementasi CLT. Lebih jauh lagi para Guru mengatakan bahwa kefasihan Guru dan Murid juga sangat berpengaruh pada metode CLT ini. Terakhir, partisipan dari Research menyebutkan CLT cocok digunakan pada ESL (English as a Second Language) dari pada diajarakan pada siswa EFL (English as a Foreign Language). Artinya, CLT cocok di implementasikan jika siswa tersebut menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya (ESL), dari pada di implementasikan pada siswa yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya (EFL).

Di Indonesia sendiri, siswa kita masuk pada kategori EFL. Yang berarti CLT kurang cocok apabila di implementasikan dalam pengajaran. Karena siswa kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. Merujuk pada temuan ini, siswa kita akan kesulitan dalam berkomunikasi nantinya jika CLT di gunakan.

Bagaimana menurut Bapak Ibu Guru ? ..

Cocok atau tidak CLT ini kita pakai dalam mengajar ? ..

Menurut pandangan penulis pribadi, CLT masih bisa terapkan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan beberapa alasan :

Pertama, dalam konteks pembelajaran bahasa Guru harus bisa memaksimalkan berbagai metode dalam mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk menerapkan metode CLT ini dalam mengajarkan Bahasa Inggris di dalam kelas. CLT masih bisa digunakan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dan juga sumber daya yang ada di sekolah tanpa harus memaksakan kesempurnaan CLT itu sendiri. Contoh, memberikan video percakapan yang Bapak Ibu Guru ambil di Internet agar bisa murid- murid tiru. Ataupun dengan ide kreatif lain yang mungkin Bapak Ibu miliki.

Harapan penulis, paling tidak dengan membaca artikel ini, Guru- Guru bisa sedikit paham dan mau mengamalkannya dengan keterbatasan yang ada. Agar siswa kita lebih cakap dalam berbahasa.

Kedua, dengan melihat dan mengetahui latar belakang dan kemampuan siswa kita, hal ini masih sangat mungkin bahkan cocok digunakan dalam pembelajaran Bahasa untuk melatih siswa dalam melafalkan kosa kata yang ada. Metode seperti ini akan membantu siswa membangun rasa percaya diri dalam berkomunikasi. Peran Guru dalam hal ini dituntut bisa mengarahkan dan membagi siswa pada kelompok- kelompok yang tepat. Agar siswa tidak terkotak- kotak pada kelompok aktif dan kelompok yang tidak aktif. Sehingga nantinya, mereka bisa berkembang menurut kemampuannya masing- masing. Dengan pembagian kelompok yang tepat, maka siswa yang aktif dapat membantu rekannya yang kurang bersemangat. Sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Dua usulan ini ditujukan untuk menjawab masalah minimnya pelatihan dan kecakapan atau kefasihan Guru maupun siswa (jika memang terjadi demikian di Indonesia). Hal seperti ini merupakan kendala yang terjadi saat Guru dan murid berinteraksi. Jadi, menjadi sangat penting untuk menguraikannya secara langsung.

Mengenai kendala lain seperti temuan Research diatas. Mari kita rembuk bersama agar menemukan jawabannya. Karena asumsi/pendapat pribadi rasanya kurang merepresentasikan hal- hal yang bersifat lebih luas.

Terakhir, Research ini pula pada ahirnya menyarankan agar pembagian siswa pada tiap kelas berada dalam jumlah yang proporsional. Agar setiap anak- anak yang belajar, mereka mendapatkan pengajaran yang lebih terarah. Disamping itu, harus diakui, dukungan perlengkapan, dan kurikulum yang mapan juga memberikan sumbangan terhadap kesuksesan CLT di dalam kelas.

Naah, sampai disini kita bisa menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hal yang memang menjadi kendala dalam penerapan CLT. Namun, bukan berarti CLT tidak dapat di terapkan dalam proses belajar mengajar Bapak dan Ibu Guru nanti. Selanjutnya, pilihan dan tanggung jawabnya berada di tangan Bapak dan Ibu. Temuan Research diatas pula, semoga, dapat membantu Guru- Guru dalam menemukan pemecahan kendala yang ada agar memberikan pengajaran yang profesional.

Kebelakang kita berharap Pendidikan di Indonesia kiranya dapat mengatasi hal- hal yang menjadi temuan Research tersebut (walaupun temuan ini bukan di negara kita). Disamping itu kesejahteraan Guru Honorer juga ikut menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah untuk menunjang profesionalisme dan semangat Guru dalam mengajar. Agar tak hanya metode CLT yang dapat Guru implementasikan namun juga metode- metode lain yang menunjang kebangkitan pendidikan di negara kita.

Demikianlah ulasan Info Research pertama dalam tulisan kali ini. Semoga bermanfaat bagi Bapak dan Ibu Guru.

Sampai Jumpa pada ulasan Info Research Bagian 2 nanti...!


Salam Hangat Penulis ...

0 komentar:

Posting Komentar